Please Select the Categories to Show

Nov 7, 2010

Bujangga Manik

Naskah berbahasa Sunda yang ditemukan di Inggris sejak tahun 1627

ngalalar aing ka Bubat, cunduk aing ka manguntur, ka buruan Majapahit, ngalalar ka Darma Anyar, na karang Kajramanan,

(aku berjalan melewati Bubat,
dan tiba di Maguntur,
alun-alun Majapahit,
pergi melewati Darma Anyar,
dan Karang Kajramanaan,)



(Baris 800-804)


     Perjalanan Bujangga Manik adalah salah satu peninggalan dari naskah yang berbahasa sunda. Naskah ini ditulis dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari 29 daun nipah/palem, masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata dan beberapa lembarannya hilang dan rusak. Naskah ini ditulis oleh Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik itu sendiri yang mana dia menjadi tokoh utama di dalam naskah ini. Dia adalah seorang pendeta hindu yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16.
    Walaupun dia adalah seorang Prabu pada kraton Pakuan Pajajaran (Ibu kota kerajaan Pajajaran yang sekarang di kenal dengan kota Bogor), lebih menyukai hidup sebagai seorang resi (seorang suci atau penyair yang mendapat wahyu dalam agama Hindu). Sebagai seorang resi dia melakukan dua kali perjalanan. Perjalanan pertama dimulai dari Pakuan menuju Pamalang melalui jalur utara dan kembali lagi ke Pakuan dengan menumpang kapal yang bertolak dari Malaka. Perjalanan kedua, dia berjalan kaki lagi dimulai dari Pakuan menuju ke arah Jawa timur lalu menyebrang ke Bali dan kemudian singgah disana untuk beberapa waktu yang lama. Di perjalanannya yang kedua ini, saat dia Kembali ke Pakuan, dia menggunakan jalur selatan. Namun akhirnya, Bujangga manik bertapa di Gunung Patuha (di Tatar Sunda) hingga akhir hayatnya.
     Saat ini, naskah kuno tersebut disimpan di Perpustakaan Bodleian di Oxford, Inggris sejak tahun 1627. Perpustakaan itu menerima naskah tersebut dari seorang saudagar yang bernama Andrew James dari New port. Namun, pada tahun 1950 barulah disadari bahwa naskah yang ditulis di atas 29 lembar daun palem itu merupakan naskah kuno dari Jawa Barat, Indonesia.
     Dilihat dari cerita yang ditulis oleh Bujangga manik, rupanya naskah ini berasal dari zaman sebelum Islam masuk ke tatar Sunda. Kandungan kata-kata dalam naskah tersebut tidak satupun yang berasal dari bahasa Arab. Diperkirakan bahwa naskah tersebut ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal 1500-an, karena didalamnya sering menyebut-nyebut nama Majapahit, Malaka dan Demak.

Sampul buku yang ditulis oleh J. Noorduyn
          Kemudian, naskah yang di tulis oleh Bujangga Manik itu akhirnya di perkenalkan kepada masyarakat umum oleh J. Noorduyn, seorang peneliti dari Belanda yang menggali pengetahuan dari naskah tersebut. Pada tahun 1968, dia sudah mulai menyinggung-nyinggung tentang temuan naskah tersebut yang berada di Perpustakaan Bodleian. Sebagian temuannya mulai dia umumkan melalui jurnal 'Bijdragen tot de taal-, Land-, en Volkenkunde' nomor 138, hal. 411 - 442 pada tahun 1982. Namun, setelah J. Noorduyn wafat, penelitiannya di lanjutkan oleh A. Teeuw seorang ahli sastra yang juga orang Belanda. Penelitiannya dibantu antara lain oleh filolog Undang Darsa dari Universitas Padjadjaran. Teks, Terjemahan (dalam bahasa Inggris) dan analisis tentang Bujangga Manik kini dimuat dalam buku 'Three Old Sundanese Poems (Tiga Puisi Sunda Kuno)' karya J. Noorduyn (alm) dan A. Teeuw (KILTV Press, Leiden, 2006). Buku tersebut tidak hanya memuat kisah perjalanan Bujangga manik, naskah Ramayana dan Ajnyanajuga dikaji dalam buku tersebut. Dalam tulisan J. Noorduyn yang berjudul "Bujangga Manik's Journey Through Java : Topographical Data from Old Sundanese Source (Perjalanan Bujangga Manik menyusuri pulau Jawa : Data Topografis dari sumber Sunda kuno)", ditemukan 450 nama tempat (termasuk nama gunung dan sungai) dalam naskah Bujangga Manik. Nama-nama itu dibagi dalam tiga kelompok, yang pertama yaitu nama-nama yang masih dipakai sekarang, kedua nama-nama yang sudah tidak diketahui lagi dan ketiga nama-nama toponim zaman dahulu yang juga ada disebutkan dari sumber-sumber lain. Bujangga manik juga menunjukan sebuah bentuk ungkapan estetis berupa puisi prosais atau prosa puitis dari pengalaman religiusnya. Dalam naskah ini terdapat idiom, metafora dan pola persajakan sebagaimana yang di teliti oleh A. Teeuw.


(Oleh: Aldi)

- Bagi mereka yang tertarik untuk memiliki buku dari J. Noorduyn tersebut (dalam bentuk Pdf), bisa menghubungi penulis melalui Facebook -

No comments:

Post a Comment