![]() |
Patahan Lembang, Gunung Batu |
Namun, Indahnya alam disana, menyimpan banyak "peringatan" untuk warga Bandung. Salah satunya adalah Patahan Lembang. Sesar yang kebetulan melewati utara kota Bandung ini menjadi "Bom waktu" bagi warga Bandung. Karena, sesar ini memiliki catatan periode pergerakan (gempa) dengan kisaran 400-700 tahun. Di dalam endapan tanah bekas rawa yang berada di lokasi tersebut, telah diketahui bahwa disana terdapat tujuh lapis tanah, yang artinya, disana telah terjadi tujuh kali pergerakan (LIPI). Sesar yang melewati Observatorium Bosscha ini memiliki bentang sepanjang 22 Kilometer. Jika gerakan yang terjadi berbarengan, potensi gempa dapat mencapai 6,5 hingga 7 skala Ritcher di kota Bandung. Namun, pada tahun 2008, LIPI pernah menggali tanah di lokasi tersebut sedalam 3 meter dan hasilnya telah diketahui jejak gerakan gempa 3.000 tahun terakhir. Selama itu, telah terjadi gerakan gempa besar selama tujuh kali pada sesar Lembang.
Jika gempa tersebut benar-benar terjadi. Kemungkinan besar, nasib Bandung akan sama dengan bencana yang terjadi di Yogyakarta pada mei, 2006. Karena, kondisi tanah-nya yang sama-sama beupa tanah endapan muda bekas Danau purba. Lapisan tanah ini belum terkonsolidasi betul sehingga efeknya mirip bubur di mangkuk ketika digoyangkan. Guncangannya berhenti, tetapi goncangan masih terjadi (Eko Yulianto, ahli gempa purba LIPI).
Permukaan zona Bandung (termasuk kota Bandung dan Lembang) disusun oleh sedimen vulkanik dari erupsi gunung Sunda di utara dan gunung Malabar di selatan. Umur sedimen ini masih sangat muda (dalam skala waktu geologi), yaitu sekitar 150 ribu tahun, sehingga belum sepenuhnya terpadatkan. Untuk kota Bandung, di atas sedimen vulkanik ini terendap sedimen dasar danau yang juga sama-sama belum terpadatkan.
Patahan ini telah diselidiki sejak masa Neuman van Padang (1929), juga Van Bemmelen (1940-an). Pada saat awal Bosscha berdiri-pun, patahan ini memang telah diketahui. Namun, baru diteliti pada tahun 1960-an oleh seorang pakar geologi yang bernama Prof.Tjia (Dongeng Geologi).
Menanamkan pentingnya mitigasi bisa ditempuh melalui geowisata. Dengan itu, masyarakat akan mengenal lebih jauh kondisi alam daerahnya. Potensi apa yang tersimpan di balik keindahan alam itu. Jika sudah mengenali alam, pikiran untuk merusak alam tentu tidak akan terlintas (Budi Brahmantyo).
![]() |
Foto Sesar Lembang dari Satelit |
(Oleh: Aldi)
No comments:
Post a Comment